Musibah Lima dan cara menanggulanginya
secara Islam
Pendahuluan
Hidup di Dunia (bagi manusia) tidak mudah tak seperti makhluk lain yang tinggal ‘nyomot/ matok’(QS 90: 4). Manusia walau makhluk yang serba paling hebat/ istimewa, tapi mempunyai keterbatasan juga, baik akal, tenaga, maupun prediksinya. Inilah yang dimaksud bahwa ma-nusia itu lemah (QS 4: 29).
Nabi Adam & Sitti Hawa sewaktu diperintahkan turun dari Surga (yang serba enak) ke muka Bumi (yang serba sulit) ‘ngeper’ juga..Allah YM Pengasih & YM Penyayang berfirman : “maka jika nanti datang dariKu Petunjuk, maka siapa yang mengikuti Petunjuk tsb, mereka tidak akan khawatir dan juga tak akan sedih/bingung QS 2: 38.
Nah, Petunjuk bagi umat Muhammad tidak lain adalah al-Qur’an & al-Hadits, yang mencakup seluruh aspek hidup & kehidupan manusia, sejak awal hingga Kiamat nanti. Maka bagi yang kurang mempelajari & menggali Qur’an-Hadits ya jangan menyalahkan orang/ pihak lain kalau hidupnya di Dunia dan tujuan Akhirat (di Surga paling tinggi) kurang memuaskan.
4JJI didalam menciptakan segala sesuatu telah ditetapkan sifat, ukuran, rupa-bentuk nya dengan detail dan rapi (QS 25: 2). Demikian pula hal-hal yang berkenaan dengan Bumi dan segala isinya (tanah, iklim, flora-fauna,la- ut, petir, gempa, dsb). Ketetapan tsb dinama-kan Qodho’/ Sunnatullah/ Hukum Alam. Sifat Qodho’ antara lain : berlaku umum (universal), tetap tidak berubah, exact (pasti), dapat di-
antisipasi/ diperhitungkan, dsb (QS 33: 62).
Hal-hal mengenai dunia ini bisa diperhitung kan, bukan diramalkan. Tidak satu makhlukpun bisa meramal, Rasulullahpun tidak bisa mera-mal (QS 34: 14, 7: 188), hanya Allah yang Me-ngetahui hal-hal gaib (QS 6: 59). Akhir-akhir ini bangsa kita (yang mayoritas muslim) sering cenderung pergi ke peramal, upacara adat, dukun, feng-sui, dsb. Semua itu cenderung ke musyrik , dosa besar yang tak berampun (QS 4: 48). Ilmu-ilmu seperti Kedokteran, Kimia, Teknik, Arsitek, Matematik, Astronomi, dsb bisa disebut Ilmu Sunnatullah.
Paranormal, ahli Nujum, Prewangan, Dukun, Fengsui, dsb tidak lain hanya karena pengalaman, mengira-ira, dan jika benar banyak faktor kebetulannya. Penulis pernah berdiskusi dengan peramal tenar diradio Hard Rock, sewaktu penulis bertanya apakah ramalannya pasti benar, dia menjawab: ‘Insya Allah’, jadi bersifat tidak pasti bukan?.
QS 67: 3-4 memerintahkan agar manusia mempelajari Bumi dan sifat2nya., juga angka-sa luar kita disuruh menjelajahinya (QS 55: 33) asal punya kemampuan (istilah sulthon = ilmu, kerja, dana, lihat QS 9: 41). Dengan me-ngenal Bumi, isinya, dan sifat2nya kita dapat menyingkiri hal-hal yang merugikan dan me-eksploitasi hal-hal yang menguntungkan, kita bisa ’mewarisi Bumi’ istilah Allah dalam QS 21: 105. Jadi jika kita tidak berusaha dengan ilmu, kerja, dan dana maksimal ya.. hidup kita akan banyak gagal dan menderita. Bukankah nasib kita sekitar 85 % kita sendiri yang menentukan?, 8 % ditentukan oleh pihak lain dan 7 % oleh Allah (itupun kalau perlu), pe-lajari QS 13: 11, 16: 35, dll, juga beberapa Hadits Nabi.
Musibah Baik & Buruk
Istilah musibah arti aslinya ialah „kejadian penting“ yang menimpa seseorang. Dalam QS 4: 79 Allah menegaskan bahwa jenis musibah yang baik datangnya dari Allah, dan musibah buruk berasal dari ulah tangan manusia.
Namun sejak kecil telah dipatrikan dibenak kita bahwa musibah (dalam arti sesuatu yang tak menyenangkan(merugikan) datangnya dari Allah, merupakan ujian/ cobaan dari Allah..ini kurang pas, lihat QS 10:44 (Allah tak pernah menzhalimi manusia sedikitpun, tapi manusia itu sendiri yang menzhalimi diri mereka).
Contoh kecil ialah ‘hujan air dan hujan abu volcano’ yang dalam Qur’an selalu disebut se-bagai ‘rachmat’ (baik), tetapi sebagian besar orang kota menganggapnya musibah (buruk). Maka itu jangan mengomeli hujan. Pilih mana hujan atau tidak hujan? Hujan air/ abu akan menyuburkan tanah pertanian. Pangan, alat2, sandang, dan papan kita berasal dari perta-nian bukan?. Baca juga QS 38: 36 dan 22: 11.
Lima jenis Musibah
Allah mencontohkan 5 (lima) jenis musibah aalam QS 2: 155, yang penjelasannya sbb:
01. ketakutan, orang2 yang hatinya lemah sering merasa khawatir, sedih, was2, dsb yang terkadang penyebabnya saja tak jelas.
02. kelaparan/paceklik terutama dinegara2 yang banyak tertinggal kemajuannya.
03. kekurangan harta/ kemiskinan, negara kurang maju sering demikian, atau dalam kea-daan perang, kehilangan/kebakaran besar,dsb
04. kekurangan jiwa/ krisis/ bingung, baik perseorangan, sekelompok, sekawasan, senega ra, dsb. Orang2 yang terlalu khawatir/ was2 sangat mudah kena krisis/ bingung. Apa yang dilakukan diluar kontrol akal dan qolbunya.
05. kekurangan buah2an, maksudnya gagal panen, usaha yang nyaris bangkrut, modal di-bawa kabur kawan, dsb.
Ditilik dari mana datangnya atau dari pihak mana yang menyebabkan suatu musibah, penu-lis membaginya menjadi 5 (lima) juga yaitu:
(a) dari diri kita sendiri dan kebanyakan di sebabkan oleh kesalahan kita, ulah ta-ngan, malas, keteledoran, dsb (+ 75 %).
(b) dari orang lain, yang biasanya juga dise-babkan kesal;ahan kita. Misal kita dipu-kul/dimaki sebab kita bersalah (+ 10 %)
(c) dari makhluk lain contohnya kita digigit hewan, kemasukan virus/kuman (+ 5 %).
(d) dari gejala alam seperti gempa, angin, petir, banjir, longsor, dsb (+ 5 %).
(e) dari Allah, ada 3 (tiga jenis): sebagai je weran (bagi kaum muslimin), sebagai tan da bukti bahwa Allah itu Ada & Berkua sa (bagi kaum kafirin), azab (bagi kaum yang ’melampaui batas’). Misal Fir’aun & kaumnya, kaum ’Ad, Luth, Nuh, Olympus atau yang masa kini: kapal Titanic, ben-teng Barlev(Israel), Nazi Hitler, pelaku KKN di Indonesia (buron, stroke, penja ra, makan-hati, dsb). Kalau cuma ’diper-malukan’ itu bukan azab buat mereka ka rena mereka tak punya malu (+ 5 %). Di negeri kita sekarang mungkin + 10-15 %
Musibah itu Salah Kita
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah telah memaafkan (menanggulangi) sebagian besar kesalahan (akibat buruk dari musibah)” (QS 42: 30) dan dalam QS 30: 41 “Telah terjadi kerusakan didarat dan dilaut karena ulah manusia, (sebagian akibat buruk ditanggulangi Allah dan sebagian lagi dibiar-kan terjadi) agar manusia tahu & merasakan akibat buruk tsb lalu kembali (tidak merusak lingkungan lagi)”. Baca lagi QS 13: 11,16: 35.
Bangsa kita sewindu terakhir ini benar-benar tertimpa musibah silih berganti, sebagian besar disebabkan oleh tangan kita sendiri dan seba-gian lagi oleh gejala alam (ingat bahwa ulah alam adalah qodho’, yang sejak dini kita disu-ruh mempelajari & memperhitungkan bukan?
(1). Tsunami Aceh adalah gejala alam yang tak bisa kita hindari. Tapi dampak buruk yang dahsyat penyebabnya ialah (1) gugusan karang & mangrove (hutan bakau) 80 % telah rusak oleh tangan manusia (2) kita tak punya alat deteksi dini gejala alam. Jika karang & mang-rove tidak rusak, dampak Tsunami Aceh tidak sedahsyat seperti yang kita lihat. Dinegara maju juga banyak musibah yang menelan kor-ban (benda dan manusia) tapi tidak sebanyak dinegara berkembang seperti Indonesia, Sri Langka, Afrika Tengah, dsb.
(2). Tsunami & gempa di Jogya, Jateng, dan Pangandaran penyebabnya hampir sama deng-an yang di Aceh. Kita sudah diberi tahu oleh negara luar, tapi jawaban kita kira2 “Sok tahu lu..”. Sejak jaman Belanda, gambar bagan/iris- an/ retakan dibawah permukaan bumi di Nu-santara sudah ada, tapi kepedulian ilmiah kita memang masih rendah hingga kita ‘kecolongan’ Baru sekarang kita membeli 70 buah alat de-teksi gempa & tsunami, itupun kualitasnya..?
(3). Banjir di Jakarta dan sekitarnya, di-karenakan tempat istirahat(ngetem) air hujan & air sungai (sebelum kelaut) seperti kawasan Rawamangun, Rawabadak, Rawabelong, Rawa.., Rawa.. diuruk dan dibangun perumahan. Salah- kah jika air mengembara ke jalan2 protokol? Banjir dan Longsor di Daerah-daerah, keba-nyakan disebabkan oleh penggundulan hutan pembangunan perumahan yang tidak membuat sumur resapan, dan daerah-resapan dibukit2 sudah penuh dengan villa & perkampung.
(4). Sakit, bisa dikarenakan adanya virus, kuman, bibit penyakit yang masuk ketubuh ki-ta. Bisa juga karena kurang istirahat, kurang gizi/nutrisi, dsb sehingga ‘keseimbangan’ tu-buh terganggu (QS 55: 8-9). Ada juga yang tak ke dokter kecuali sesudah parah, tak mau beli dan makan obat dari dokter, dsb. Semua yang tsb di atas jika kita analisa agak jauh, kesalahan awalnya ada ditangan kita..
Demikian juga problem kejiwaan baik per-seorangan, suami-isteri, anak-anak, keluarga, problem sosial, maupun krisis negara/ bangsa (krisis ekonomi, moral, politik, dsb), akar pe-nyebabnya, ya kita sendiri (human error).
Menyikapi dan Menanggulangi
Musibah
Sikap kita terhadap musibah ikut menentu-kan kualitas dan keikhlasan iman dan ibadah kita. QS 3:112 menjelaskan bahwa akal, ilmu, sikap, perilaku, pengorbanan vertikal (hablun min Allah) dan horisontal (hablun minanNas) keduanya harus maksimal, bukan 50%-50%, tapi 100%-100%, jika tidak, maka akan terhi-na-hina dan direndahkan di masyarakat. Dan jika hanya satu arah (keatas saja atau kesam-ping saja) maka akan kena murka Allah.
Dari uraian singkat diatas, jelas bahwa me-nyikapi musibah juga mencakup dua dimensi (keatas dan kesamping). Adapun sikap dan pelaksanaan sikap yaitu penanggulangan mu-sibah (problem) secara umum, ringkasnya sbb:
(1) ucapkan innaa lillaahi wa innaa ilaihi roo-ji’uun (QS 2: 156) maksudnya bahwa ter-jadinya sesuatu (termasuk musibah) ‘di-ketahui dan dibiarkan Allah’ (QS 6: 59), yang tidak diizinkan, tak akan terjadi. Di-izinkan bukan berarti diridhoi. Membiar-kan (mengizinkan) dan mencegah sesuatu kejadian 100% hak Prerogatif Allah. Kita tidak boleh dan tak mampu mengaturnya kecuali hanya dengan doa (permintaan) secara Sabar & Serius (QS 2: 45) serta merunduk penuh kesopanan dan harapan.. Doa pun harus yang wajar, jangan meminta sesuatu diluar kewajaran (QS 6: 63).
Begitu mendapat musibah biasanya kaget & bingung, maka ‘redamlah gejolak jiwa’ tsb dengan duduk rileks, minum dingin, ja-ngan terlalu memikirkan problem tsb.. Se-telah agak tenang mulailah berfikir secara obyektif, sportif, jujur, dst.
(2) sabar, jangan mengeluh, apalagi jengkel/ marah kepada Allah.. justru akan tambah jauh dariNya, tambah celaka.. Istighfar & ber-Tasbichlah (mensucikankan Allah),tak prejudice (su-udhon) bahwa Allah mem-benci dan menimpakan musibah pada kita. Musibah bukan dari Allah !!!
(3) berjihad, berusaha keras dengan menge-rahkan seluruh potensi dari akal, tenaga, dan dana yang perlu dikeluarkan (QS 9: 41). Jangan berputus asa dari rachmat Al-lah, berusaha terus sampai berhenti sen-diri atau bosan (QS 39: 53, 30: 36).
(4) jangan menyalahkan orang/ pihak lain ka-rena hanya akan menambah sulit dan ru-nyamnya musibah itu sendiri. Walau kita tahu penyebab musibah, tidak perlu me-nyalahkan siapapun. Khusus musibah sakit, bila kita tahu penyebabnya justru sangat bagus, terkadang merupakan 50% obat psi kologis atau tak langsung. Sikap yang ter buruk atas musibah ialah: karena tak bisa mengetahui penyebabnya lalu ke mudian mencari kambing-hitam. Selain dosa juga menambah musuh, tambah runyam, baca QS 49: 11-12.
(5) berdoa dan sholat merupakan jalan terba-
ik dalam menyelesaikn musibah/ problem (QS 4: 45, 28: 80). Kalau doa kita belum atau tidak dikabulkan, jangan marah. Doa itu bisa dikabulkan seketika, bisa ditunda, bisa diganti dengan yang lain, dapat juga dikabulkan di akhirat nanti, dan bisa pula ditolak. Bukankah terkabulnya suatu doa itu ‘terserah’ kepada yang dimintai? Dari QS 2:186 & Hadits ternyata faktor kede- katan & keikhlasan ibadah dan doa kita, sangat menentukan terkabul tidaknya su-atu doa, maka itu ingat & mendekatlah !
(6) dalam ‘menunggu’ jawaban/ keputusan Al-lah, haruslah Sabar & Tasbih sebanyak2 nya.. Awas, selama kita menunggu kepu-tusan tsb kita dimonitor oleh Allah (QS 52: 48-49). Misalnya sudah akan dikabul- kan tiba-tiba kita mengomel (tidak sabar), doa kita yang sudah mau dikabulkan tadi bisa dibatalkan oleh Allah.
*) Bilamana kita bisa menyikapi dan menang- gulangi musibah seperti 6 butir diatas, maka kita akan (1) diacungi jempol/disho- lawati oleh Allah, (2) mendapat rachmat dunia-akhirat, misalnya tidak sewot, tidak terlalu takut, mendapat pahala atau ber-kah, dsb (3) disebut oleh Allah sebagai ‘yang medapat Petunjuk’. Sikap dan cara menanggulangi musibah tsb diatas telah sesuai PetunjukNya (QS
*) Latihan Sabar ternyata musti dilakukan se bab sesuatu yang baik itu pasti sulit,berat, dan mahal (QS 90: 11-12). Juga harus se-rius/khusyu’ ”wa innahaa lakabiirotun illa ’alal khoosyi’iin” (dan sesungguhnya ber-doa minta bantuan Allah dengan Sabar & Sholat itu sungguh ’berat/sulit’ kecuali ba gi orang2 yang khusyu’/serius - QS 2: 45). Jika sudah terlatih, tidak akan kaget jika menemui musibah besar (na’udzubillahi min musibah besar), dan mampu menang- gulanginya dengan tenang, cekatan dan te-pat, sesuai PetunjukNya. Allah tidak meli-hat hasilnya tapi melihat usaha dan kese-riusan yang telah kita lakukan.
# SEMOGA KITA SELAMAT DARI MUSIBAH APA-PUN, JIKA TERTIMPA MUSIBAH MAU DAN MAM- PU MENYELESAIKAN SESUAI PETUNJUKNYA.***
Demkianlah, semoga kita selalu mendapat taufiq (izin/ ridho Allah) serta hidayah (pe-tunjuk/ bimbingan Allah) kalau menghadapi musibah atau problema yang disebabkan oleh apa dan atau siapapun, aamiin.***
1 komentar:
ni yang buat posting gila ya?
alquran di edit2 perkataannya!
Posting Komentar